Photobucket Photobucket Photobucket

Tuesday, February 21, 2012

Cerita Kakak Gelandangan Kepada Adiknya



Roy Angel adalah pendeta miskin yang memiliki kakak

seorang milyuner. Pada tahun 1940, ketika bisnis

minyak bumi sedang mengalami puncak, kakaknya

menjual padang rumput di Texas pada waktu yang tepat dengan

harga yang sangat tinggi. Seketika itu kakak Roy

Angel menjadi kayaraya. Setelah itu kaka Roy Angel menanam

saham pada perusahaan besar dan memperoleh untung

yang besar. Kini dia tinggal di apartemen mewah di New

York dan memiliki kantor di Wallstreet.



Seminggu sebelum Natal, kakaknya menghadiahi Roy

Angel sebuah mobil baru yang mewah dan mengkilap. Suatu

pagi seorang anak gelandangan menatap mobilnya dengan

penuh kekaguman.

"Hai.. nak" sapa Roy

Anak itu melihat pada Roy dan bertanya "Apakah ini

mobil Tuan?"

"Ya," jawab Roy singkat.

"Berapa harganya Tuan?"

"Sesungguhnya saya tidak tahu harganya berapa".

"Mengapa Tuan tidak tahu harganya, bukankan Tuan

yang punya mobil ini?" Gelandangan kecil itu bertanya

penuh heran.

"Saya tidak tahu karena mobil ini hadiah dari kakak

saya"

Mendengar jawaban itu mata anak itu melebar dan

bergumam,"Seandainya.... seandainya..."

Roy mengira ia tahu persis apa yang didambakan anak

kecil itu,

"Anak ini pasti berharap memiliki kakak yang sama

seperti kakakku".

Ternyata Roy salah menduga, saat anak itu

melanjutkan kata-katanya:



"Seandainya... seandainya saya dapat menjadi kakak

seperti itu.."

Dengan masih terheran-heran Roy mengajak anak itu

berkeliling dengan mobilnya.

Anak itu tak henti-henti memuji keindahan mobilnya.

Sampai satu kali anak itu berkata,"Tuan bersediakah

Tuan mampir ke rumah saya ? Letaknya hanya beberapa

blok dari sini".

Sekali lagi Roy mengira dia tahu apa yang ingin

dilakukan anak ini.

"Pasti anak ini ingin memperlihatkan pada

teman-temannya bahwa ia telah naik mobil mewah"

pikir Roy.

"OK, mengapa tidak", kata Roy sambil menuju arah

rumah anak itu.

Tiba di sudut jalan si anak gelandangan memohon pada

Roy untuk berhenti sejenak,

"Tuan, bersediakah Tuan menunggu sebentar? Saya akan

segera kembali".

Anak itu berlari menuju rumah gubuknya yang sudah

reot. Setelah menunggu hampir sepuluh menit, Roy

mulai penasaran apa yang dilakukan anak itu dan keluar

dari mobilnya, menatap rumah reot itu. Pada waktu itu ia

mendengar suara kaki yang perlahan-lahan. Beberapa

saat kemudian anak gelandangan itu keluar sambil

menggendong adiknya yang lumpuh. Setelah tiba di

dekat mobil anak gelandangan itu berkata pada adiknya:



"Lihat... seperti yang kakak bilang padamu. Ini

mobil terbaru. Kakak Tuan ini menghadiahkannya pada Tuan

ini. Suatu saat nanti kakak akan membelikan mobil

seperti ini untukmu".



Seandainya saya dapat menjadi kakak seperti itu.

0 comments:

Post a Comment