Photobucket Photobucket Photobucket

Friday, November 4, 2011

Belajar Setia dari seekor anjing (Hachiko)



Cerita Seekor anjing jenis Akita Inu bernama Hachiko memang sudah melegenda diseluruh dunia. Kisahnya yang mengharu biru dan juga penuh dengan pengorbanan membuatnya menjadi inspirasi bagi banyak masyarakat didunia tentang arti sebuah kesetiaan dan pengorbanan. Kisah Hachiko yang setia menunggu tuannya sampai ia mati membuat pemerintah Jepang membuatkan patung berbentuk mirip Hachiko untuk mengenang arti sebuah kesetian.

Berikut sepenggal kisah Hachiko
 
Hachiko tinggal bersama seorang profesor tua bernama Hidesamuro Ueno di kota Shibuya. Karena hanya tinggal berdua membuat hubungan mereka sangat dekat. Sang profesor bekerja sebagai dosen disebuah perguruan tinggi. Setiap pergi bekerja, Hachiko sangat setia untuk mengantarkan sang profesor ke stasiun kereta dan juga setia menunggunya di stasiun kereta tanpa beranjak ketempat lain pun. Hachiko setia melakukan hal tersebut setiap hari tanpa bosan. ^^
 
 


Pagi itu, merupakan pagi yang sangat dingin di kota Shibuya. Salju turun dengan lebat dan juga menutupi segalanya disana. Seperti biasa sang profesor berangkat mengajar ke kampus, udara yang sangat membekukan itu pun tak pelak mencegahnya untuk pergi. Dan seperti biasa sang anjing pun sangat setia menemani sang majikan hingga di stasiun kereta Shibuya. Dengan berjaket tebal dan juga payung, sang profesor pun berangkat ke stasiun dengan ditemani oleh Hachiko.

Tibalah mereka di stasiun kereta dan seperti biasa kereta pun tiba denga tepat waktu. Para pegawai stasiun maupun awak kereta yang sudah sangat mengenal sang profesor dan Hachiko pun berbincang-bincang sebentar. Setelah mengelus-elus Hachiko dengan penuh kasih sayang, sang profesor pun naik ke atas kereta. Hachiko pun hanya melihat dari balkon kearah kereta seakan ingin mengucapkan “Aku akan menunggu disini”.

Saat tiba di kampus, profesor pun juga harus menyelesaikan penelitiannya di laboratorium selain mengajar. Saat ingin menuju ke laboratorium, ia merasa dadanya sesak dan sulit bernafas dan juga pingsan. Suasana kampus menjadi gempar, Profesor Ueno pun telah meninggal dunia. Pihak kampus langsung menghubungi kerabat profesor Ueno dan para kerabat juga segera membawa jenazahnya ke kampung halaman sang profesor bukan kembali ke rumahnya di Shibuya.
 
 
 
Hachiko yang menunggu di stasiun kereta tidak mengetahui bahwa tuannya telah meninggal dunia. Malam semakin larut dan Hachiko pun mulai gelisah, ia mondar-mandir untuk menghilangkan kegelisahannya. Orang-orang yang turun dari kereta pun banyak yang mencoba menghiburnya namun ia tetap saja merasa cemas. Hari demi hari pun terlah berlalu namun Hachiko tetap setia menunggu di stasiun, ia pun tidak makan sehingga badannya terlihat kurus. Para petugas stasiun pun berusaha untuk memberitahu kalau tuannya telah tiada, namun Hachiko acuh berharap itu adalah berita bohong. Para warga yang iba pun mulai memberinya makan, susu, dll untuk makan Hachiko. 9 bulan pun sudah terlewat namun Hachiko tetap setia menunggu tuannya di stasiun sampai seorang pegawai pembersih menemukan tubuh Hachiko telah kaku dan sudah tiada. Warga yang mendengar kabar kematian Hachiko pun berbondong-bondong datang ke stasiun Shibuya. Mereka datang untuk menghormati kesetiaan Hachiko yang jarang ditemui kepada manusia. Untuk mengenang Hachiko, pemerintah Shibuya pun membangun patung yang sekarang sering digunakan masyarakat Jepang untuk tempat janji bertemu. Patung Hachiko pun dijadikan simbol kesetiaan, kesetiaan yang tulus sampai mati.
 
 
 
Dari cerita tersebut gw belajar sebuah arti kesetiaan yang seharusnya dimiliki semua orang. Saat ini sangat sulit mendapatkan kesetiaan yang tulus dan mungkin kisah dari Hachiko ini bisa membuka mata kita akan pentingnya sebuah kesetiaan. Belajar menjadi setia dan juga menjaga kesetiaan sampai mati seperti halnya yang telah dilakukan Hachiko yang membuat banyak orang tersentuh.

TERIMA KASIH
 
 

0 comments:

Post a Comment